Langsung ke konten utama

Postingan

Indahnya Taubat

Bro and Sis, dalam artikel kali ini sengaja penulis menyandingkan kata indah dengan kata taubat. Kata pertama menunjukan sifat yang disukai, baik, dan gambaran kesempurnaan sedangkan selanjutnya merupakan kata yang lekat dengan dosa, noda, dan keburukan. Kenapa? Karena momentum manusia yang paling baik itu adalah taubat. Karena taubat itu indah, maka janganlah kita ragu untuk bertaubat. “Tapi saya malu.. malu dengan dosa yang begitu banyaknya.” Bro and Sis, bisa jadi, ada dari kita yang mengalami situasi demikian. Di gerbang kita menuju perjalanan taubat yang indah, kita terhadang ragu dan malu. Memang, dosa itu mengandung kehinaan. Ketika manusia berbuat dosa berarti dia melenceng dari fitrahnya sebagai manusia yang seharusnya hidup dalam keteraturan. Dari sana, malu adalah konsekuensi logis dari langkah kita yang salah. Namun, adakah manusaia yang tak berdosa? Sabda Nabiullah Muhammad SAW, “Semua anak Adam berbuat dosa, dan sebaik-baiknya orang yang berbuat dosa adalah yang ber

Kasih Sayang Allah Membawa Kita ke Surga

Surga. Betapa tempat tersebut menjadi tujuan setiap orang beriman. Amal baik kita lakukan untuk mempermudah berjalan menuju surga dan menahan dirinya kita dari maksiat tak lain untuk mencegah dosa yang bisa menjauhkan kita dari surga. Bukan begitu, Bro and Sis? Wajarkah demikian? Sangat wajar. Balasan kebaikan adalah motivasi untuk kita senantiasa menjaga diri untuk giat dalam kebaikan dan menjauh dari keburukan. Lantas, bagaimana jika ada hadist yang menyatakan amal bukanlah alasan kita masuk surga? “Tidak ada amalan seorangpun yang bisa memasukannya ke dalam surga, dan menyelamatkannya dari neraka. Tidak juga denganku, kecuali dengan rahmat dari Allah.” (HR. Muslim No.2817) Tenang, Bro and Sis! Hadist tersebut jelas bukan menyuruh kita untuk menyepelekan amal. Keliru jika kita menganggap tak harus beramal untuk bisa masuk surga. Dalam Al Qur’an, banyak ayat yang mengaitkan amal dengan balasan surga. Misalnya, “Itulah surga yang dikaruniakan untuk kalian disebabkan amal sholeh

Keutamaan Ikhlas

Bro and Sis, lanjut dari artikel sebelumnya yang membahas tentang niat, ada sebuah dimensi penting yang terkandung dalam niat. Hal tersebut tak lain adalah ikhlas. Keutamaan ikhlas terlihat dalam lurusnya niat, dimana jika kita tidak mendasari niat amalan atas dasar mencari Ridha Allah SWT (niat mendapatkan dunia), dengan kesungguhan, niat tersebut akan menemuai ujung berupa hasil yang diharapkan sebagaimana yang kita niatkan dari awal. Sayangnya, hanya itu Bro and Sis, sebatas itu, dan tak terjamin ada keberkahan di dalamnya. Lebih jelasnya, mari kita kutip kembali hadis tentang niat tersebut. “Sesungguhnya amal-amal perbuatan tergantung niatnya, dan bagi tiap orang apa yang diniatinya. Barangsiapa hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya. Barangsiapa hijrahnya untuk meraih kesenangan dunia atau menikahi wanita, maka hijrahnya adalah kepada apa yang ia hijrahi.” (HR. Bukhari) Bro and Sis, merujuk pada hadist niat tersebut, jelaslah

Niat adalah Ruh Setiap Amalan

Assalamu’alaikum Bro and Sis, salam kenal! Dalam artikel singkat ini, saya akan mengawali pembahasan hadist dalam keseharian dengan tema niat. Kenapa? Karena niat memiliki posisi penting dalam setiap amal. Tak perlu terlalu jauh berpikir, sederhana saja, kita sebenarnya paham benar urgensi niat. Buktinya, kebanyakan kita yang belum berbuat baik, pasti menjawab, “Belum ada niat!” Mungkin dianggap jawaban asal, padahal itu jawaban keren, loh! Jika yang jawab bukan sekedar jawab, pasti dia sadar bahwa hal pertama yang perlu disiapkan saat memulai sesuatu adalah niat yang kuat. Pun dalam acuan hukum bernama Al Hadist. Bicara tentang hadist yang paling popular, bisa jadi hadist tentang niat adalah yang paling dikenal luas di masyarakat. Bukan hanya orang muslim, orang non muslim pun tak jarang mengatakan, ‘amal itu gimana niatnya,” kalimat tersebut mengacu pada hadist yang menisbatkan bahwa niat adalah ruh setiap amalan, yang selengkapnya berbunyi: “Sesungguhnya amal-amal perbu