Langsung ke konten utama

Berharap dalam Memberi

Dengan lahap kumpulan ikan warna-warni itu menyantap makanan yang kami lempar ke kolam. Padahal bukan pelet, dedak, atau pakan yang merupakan makanan khusus ikan. Hanya sisa nasi semalam.

Semakin diperhatikan, ternyata kebanyakan ikan-ikan tersebut memang butuh makan. Badannya panjang, kurus, dan hanya kepalanya yang terlihat besar.
"Nasi kuning kamu mau dimakan lagi, Nak?" Melihat ikan-ikan yang tampak masih lapar membuatku masih ingin memberi mereka makan.

"Nggak, udah kenyang," jawab anakku.

Langsung saja kuambil sisa nasi kuning tadi dan ikan-ikan kembali dapat bersantap ria.
Di tengah asiknya kami memberi makan, datanglah Bapak pemilik kolam sekaligus penginapan yang kita singgahi.

"Ikan-ikannya pasti sangat senang ada yang mau memberi mereka makan," beliau membuka percakapan. Kami hanya tersenyum.

"Tamu di sini jarang memberi makan ikan," lanjutnya.
"Kenapa emang, Pak" tanyaku.

"Bapak tidak menjual pakan ikan, kebanyakan mereka juga datang sekedar untuk istirahat dan jarang bawa anak-anak. Mungkin memberimakan ikan bukan hal yang menarik untuk orang dewasa..hehe" jawabnya sambil tertawa kecil dan pergi ke belakang.

Aku tersenyum saja sambil mengernyitkan dahi. Uniknya, tak lama kemudian dia kembali dengan membawa sekantong ikan segar dan besar-besar.

"Ini De, barangkali mau bakar ikan." Katanya sambil memberikan kantong tersebut.
Tulisan di atas sekedar cerita yang saya pun tak peduli jika ada peristiwa yang mirip terjadi..huehe Namun, itulah gambaran ketika kita memberi. Bisa jadi dalam memberi sulit kita untuk ikhlas dan tidak berharapmendapat kembali. Bahkan, mungkin harapannya bisa mendapat lebih dari yang kita beri.

Berharap tidaklah salah. Dan sebagai mahkluk yang banyak kebutuhanberharap sangatlah wajar.

Sayangnya, biasanya kita keliru dalam berharap. Ketika kita memberikepada seseorang, kita akan berharap orang tersebut akan balikmemberi.
Tak sekarang, mungkin nanti; Tidak uang, mungkin tenaga; Tidak makanan, mungkin kesempatan. Begitulah biasanya kita berharap.

Parahnya, jika kondisi kemudian malah sebaliknya, kita pun dengan rajin mengungkit apa yang pernah kita berikan. "Padahal waktu dia butuh.. blablabla.."

Sejenak tarik napas, berpikirlah jernih dan kita akan sadar bahwa sikapberharap tersebut keliru dan menyiksa.

Jadi, mari kita belajar dari cerita di atas. Ikan di kolam yang kita beri makan dan pemiliknya yang memberi kita ikan yang sesuai dengan kebutuhan kita.

Kenapa bukan ikan yang di kolam saja? Toh, kita telah memberi mereka makan. Ikan di kolam yang penuh warna dan menggoda itu hanyalah hiasan untuk menguji kita. Lihatlah! Bukankah saat kita perhatikan lebih baik, jelaslah tampak mereka kurus dan lapar.
"Bukan itu yang kamu butuhkan!" Kata Si Pemilik Ikan yang Maha Tahu.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ternyata, Inilah Sifat yang Bisa Memuliakan dan Menghinakan Manusia

Manusia, Mahluk Berakal yang Harus Mencari Posisinya dalam Tatanan Sosial Diakui atau tidak, sebagai makhluk yang hidup dalam tatanan kehidupan yang teratur, manusia memiliki batasan-batasan dalam segala tindak tanduknya. Karenanya, pengendalian diri dari perilaku yang bisa merusak tatanan sosial di lingkungan sekitar mutlak diperlukan guna menghindari konsekuensi negatif bagi diri maupun lingkungan akibat perilaku merusak tersebut. Sejatinya, seorang manusia memang sudah memiliki filter untuk memilah mana yang baik dan buruk untuk dilakukan sebagaimana Freud yang berteori bahwa Ego yang melakukan tindakan dari dorongan dasar Id bisa dikendalikan oleh superego yang bertugas menentukan tindakan ego tadi dengan pertimbangan baik dan buruknya. Dilansir dari belajarpsikologi.com (07/09/17) Namun demikian, kadang manusia tetaplah kalah dan berbuat di luar ketentuan dikarenakan adanya tuntutan kebutuhan maupun syahwat yang terus mendesak. Contoh sederhananya, hukum positif mau

Kaji Ulang Kartika Putri Berhijab dan Rina Nose Lepas Hijab

tribunnews.com Bukan hal yang aneh ketika seorang manusia berganti pilihan sikap. Sikap yang didasari kecenderungan hati memang sangat mungkin berubah sesuai penguatan diri kita sendiri terhadap nilai-nilai yang kita pegang. Karenanya, sungguh tepat jika kita senantiasa memohon kepada Yang Maha Membolak-balikan Hati untuk diberikan karunia berupa keteguhan hati terhadap petunjuk dan ketaatan. Ya muqallibal khulub tsabit khalbi ala dinika watho'atik. Dua dari sekian contoh mudahnya hati manusia berbolak-balik tergambar dari keputusan Rina Nose dan Kartika Putri. Serupa tapi bertolak belakang dua perempuan yang berprofesi sebagai artis ini mantap mengambil keputusan besar dalam hidupnya masing-masing. Yang satu memutuskan membuka hijab yang sempat beberapa bulan menutup kepalanya, yang lainnya malah berazam untuk mulai berhijab. Terlepas niat yang hanya mereka berdua yang tahu pasti, tugas kita tak sisa selain mendo'akan kebaikan atas setiap keputusan yang mereka am

Hukum dan Ketentuan Qurban

Assalamu’alaikum Bro and Sis.. Kurang dari seminggu lagi kita akan bertemu dengan Hari Raya Idul Adha yang juga dikenal dengan Hari Raya Qurban. Sudah siap dengan hewan qurbannya masing-masing? Biar ibadah qurbannya lebih mantap, yuk kita baca lagi beberapa dall menyangkut ketentuan qurban yang tercantum dalam hadist Nabiullah Muhammad Saw. Perintah Qurban “Sesungguhnya Kami telah memberikan karunia sangat banyak kepadamu, maka sholatlah untuk Tuhanmu dan sembelihlah qurban.” QS. Al Kautsar 1-2 Dalam ayat tersebut jelaslah Allah SWT memerintahkan kita untuk berkurban. Namun, sebagaimana perintah sholat dalam ayat tersebut, sifat perintah berkurban bersifat umum / tidak spesifik. Adapun penguatan bahwa hukum berqurban adalah sunah, dapat dilihat dalam hadis, Dari Jabir bin Abdullah, ia berkata: “ Saya menyaksikan bersama Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam Shalat Idul Adha di lapangan, kemudian tatkala menyelesaikan khutbahnya beliau turun dari mimbarnya, dan beliau diber