Dengan lahap kumpulan ikan warna-warni itu menyantap
makanan yang kami lempar ke kolam. Padahal bukan pelet, dedak, atau pakan yang
merupakan makanan khusus ikan. Hanya sisa nasi semalam.
Semakin diperhatikan, ternyata kebanyakan ikan-ikan
tersebut memang butuh makan. Badannya panjang, kurus, dan hanya kepalanya yang
terlihat besar.
"Nasi kuning kamu mau dimakan lagi, Nak?"
Melihat ikan-ikan yang tampak masih lapar membuatku masih ingin memberi mereka makan.
"Nggak, udah kenyang," jawab anakku.
Langsung saja kuambil sisa nasi kuning tadi dan
ikan-ikan kembali dapat bersantap ria.
Di tengah asiknya kami memberi makan, datanglah Bapak pemilik kolam
sekaligus penginapan yang kita singgahi.
"Ikan-ikannya pasti sangat senang ada yang mau memberi mereka makan," beliau membuka
percakapan. Kami hanya tersenyum.
"Tamu di sini jarang memberi makan ikan," lanjutnya.
"Kenapa emang, Pak" tanyaku.
"Bapak tidak menjual pakan ikan, kebanyakan
mereka juga datang sekedar untuk istirahat dan jarang bawa anak-anak. Mungkin memberimakan
ikan bukan hal yang menarik untuk orang dewasa..hehe" jawabnya sambil
tertawa kecil dan pergi ke belakang.
Aku tersenyum saja sambil mengernyitkan dahi. Uniknya,
tak lama kemudian dia kembali dengan membawa sekantong ikan segar dan
besar-besar.
"Ini De, barangkali mau bakar ikan." Katanya
sambil memberikan kantong tersebut.
Tulisan di atas sekedar cerita yang saya pun tak
peduli jika ada peristiwa yang mirip terjadi..huehe Namun, itulah gambaran
ketika kita memberi. Bisa jadi dalam memberi sulit kita untuk ikhlas dan tidak berharapmendapat
kembali. Bahkan, mungkin harapannya bisa mendapat lebih dari yang kita beri.
Berharap tidaklah salah. Dan sebagai mahkluk yang banyak
kebutuhanberharap sangatlah wajar.
Sayangnya, biasanya kita keliru dalam berharap.
Ketika kita memberikepada seseorang, kita akan berharap orang tersebut akan balikmemberi.
Tak sekarang, mungkin nanti; Tidak uang, mungkin tenaga; Tidak makanan, mungkin kesempatan. Begitulah biasanya kita berharap.
Tak sekarang, mungkin nanti; Tidak uang, mungkin tenaga; Tidak makanan, mungkin kesempatan. Begitulah biasanya kita berharap.
Parahnya, jika kondisi kemudian malah sebaliknya, kita
pun dengan rajin mengungkit apa yang pernah kita berikan. "Padahal waktu
dia butuh.. blablabla.."
Sejenak tarik napas, berpikirlah jernih dan kita akan
sadar bahwa sikapberharap tersebut keliru dan menyiksa.
Jadi, mari kita belajar dari cerita di atas. Ikan di
kolam yang kita beri makan dan pemiliknya yang memberi kita ikan yang sesuai dengan kebutuhan
kita.
Kenapa bukan ikan yang di kolam saja? Toh, kita telah memberi mereka makan. Ikan di kolam yang penuh
warna dan menggoda itu hanyalah hiasan untuk menguji kita. Lihatlah! Bukankah
saat kita perhatikan lebih baik, jelaslah tampak mereka kurus dan lapar.
"Bukan itu yang kamu butuhkan!" Kata Si Pemilik Ikan yang Maha Tahu.
"Bukan itu yang kamu butuhkan!" Kata Si Pemilik Ikan yang Maha Tahu.
Komentar
Posting Komentar