Ayah.. betapapun tegar bahkan kadang terlihat kerasnya sosok yang satu ini, ada hak kita sebagai anak untuk mengasihinya dan memperlakukannya dengan baik. Kadang, banyak dari kita lebih memperhatikan keadaan seorang ibu daripada ayah kita. Alasanya, mungkin sosok ayah tak pernah memperlihatkan dirinya butuh perhatian lebih atau mengutarakan kesusahannya.
Bro and Sis, menyikapi sosok yang satu ini memang butuh ketajaman hati kita untuk lebih memahaminya. Seorang ayah selalu ingin terlihat tanpa kurang di depan anak-anaknya, jika tak terpaksa, beliau tak akan mau mengungkapkan kala dirinya ada dalam kesusahan.
Dalam suatu hadis yang cukup panjang, tergambar jelas bagaimana isi hati seorang ayah pada umumnya. Berikut saya kutipkan hadis tersebut.
Dari Jabir Ra meriwayatkan, ada laki-laki yang datang menemui Nabi Saw dan melapor.
Dia berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya ayahku ingin mengambil hartaku ...." "Pergilah Kau membawa ayahmu kesini", perintah beliau.
Bersamaan dengan itu Malaikat Jibril turun menyampaikan salam dan pesan Allah kepada beliau. Jibril berkata: "Ya, Muhammad, Allah 'Azza wa Jalla mengucapkan salam kepadamu, dan berpesan kepadamu, kalau orangtua itu datang, engkau harus menanyakan apa-apa yang dikatakan dalam hatinya dan tidak didengarkan oleh telinganya.
Ketika orang tua itu tiba, maka nabi pun bertanya kepadanya: "Mengapa anakmu mengadukanmu? Apakah benar engkau ingin mengambil uangnya?" Lelaki tua itu menjawab: "Tanyakan saja kepadanya, ya Rasulullah, bukankah saya menafkahkan uang itu untuk beberapa orang ammati (saudara ayahnya) atau khalati (saudara ibu) nya, atau untuk keperluan saya sendiri?"
Rasulullah bersabda lagi: "Lupakanlah hal itu. Sekarang ceritakanlah kepadaku apa yang engkau katakan di dalam hatimu dan tak pernah didengar oleh telingamu!" Maka wajah keriput lelaki itu tiba-tiba menjadi cerah dan tampak bahagia, dia berkata: "Demi Allah, ya Rasulullah, dengan ini Allah Swt berkenan menambah kuat keimananku dengan ke-Rasul-anmu. Memang saya pernah menangisi nasib malangku dan kedua telingaku tak pernah mendengarnya ..."
Nabi mendesak: "Katakanlah, aku ingin mendengarnya."
Orang tua itu berkata dengan sedih dan airmata yang berlinang: "Saya mengatakan kepadanya kata-kata ini: 'Aku mengasuhmu sejak bayi dan memeliharamu waktu muda. Semua hasil jerih-payahku kau minum dan kau reguk puas. Bila kau sakit di malam hari, hatiku gundah dan gelisah, lantaran sakit dan deritamu, aku tak bisa tidur dan resah, bagai akulah yang sakit, bukan kau yang menderita. Lalu airmataku berlinang-linang dan meluncur deras. Hatiku takut engkau disambar maut, padahal aku tahu ajal pasti akan datang. Setelah engkau dewasa, dan mencapai apa yang kau cita-citakan, kau balas aku dengan kekerasan, kekasaran dan kekejaman, seolah kaulah pemberi kenikmatan dan keutamaan. Sayang..., kau tak mampu penuhi hak ayahmu, kau perlakukan daku seperti tetangga jauhmu. Engkau selalu menyalahkan dan membentakku, seolah-olah kebenaran selalu menempel di dirimu ..., seakanakan kesejukann bagi orang-orang yang benar sudah dipasrahkan.'
Selanjutnya Jabir berkata: "Pada saat itu Nabi langsung memegangi ujung baju pada leher anak itu seraya berkata: "Engkau dan hartamu milik ayahmu!" (HR. At-Thabarani dalam "As-Saghir" dan Al-Ausath).
Masyaallah, Bro and Sis! Dengan sangat jelas hadis di atas memaparkan bagaimana perjuangan dan kasih sayang seorang ayah yang sering kita lupakan. Lebih menyedihkan lagi, saat beliau menjelang masa senjanya, kita malah kikir, tak memperhatikannya, dan lebih memikirkan kepentingan pribadi atau keluarga baru kita.
Semoga kita bisa lebih berbakti kepada ayah kita selagi ada, dan semoga kasih sayang Allah SWT adalah balasan untuk segala kasih sayang yang pernah beliau curahkan! wallahualam..
Komentar
Posting Komentar